Postingan

SAMPAH ANTARIKSA

  Risna gerah dengan sampah yang menumpuk di lingkungannya tak kunjung diangkat oleh petugas sampah. Dia bolak-balik telpon sana sini tapi yang didapatnya adalah keluhan yang sama. Sampai sebuah berita muncul di pagi hari menyatakan bahwa para petugas sampah seluruh kota terjangkit penyakit kulit. “Gimana nasib sampah kita??” teriak Risna merana. Lama kelamaan, penyakit yang sama juga menyerang lingkungan warga. Mereka jadi menghemat pemakaian barang-barang dan makanan yang bisa berakhir jadi sampah busuk. Demi menghindari tertularnya penyakit, satu kota dibatasi pergerakannya. Hal ini makin bikin gerah. “Bangsat betul orang-orang yang tak peka masalah ini. bukannya menghemat sampah, malah buang sembarangan. Mentang-menang jalanan sepi!” kutuknya di suatu kesempatan, setelah melihat berita tentang tumpukan sampah di pinggir jalan. Dia geleng-geleng tak habis pikir. Risna jadi sering merutuk, sampai suatu ketika, ada bunyi berkelontangan di belakang rumahnya. Di tumpukan sampah ya

[BOOKREVIEW] ORANG-ORANG OETIMU: MISTIS TIMOR, SKANDAL, EKSPLORASI SEKSUAL

Gambar
  Penulis: Felix K. Nesi Penerbit: Margin Kiri Waktu ramai penulis Orang-orang Oetimu, yaitu bang Felix K. Nesi ditahan polisi karena mengekspresikan protesnya terhadap terpilihnya orang "bermasalah" menjadi pengurus suatu lembaga, saya sedang progres membaca buku ini. Dan sedikit banyak apa yang menimpa bang Felix cukup mengingatkan saya terhadap apa yang pernah saya alami dulu. Bedanya, bang Felix lebih berani. Di malam-malam tertentu saya merenung, seandainya saya selantang itu.  Karena itu saya ngebut baca novelnya yang bisa dibilang cukup tipis. Dan saya cukup menikmati apa yang disajikan di novel ini. Ada beberapa yang bisa saya kerucutkan sebagai ulasan:

LUBANG LUBANG PETAKA

Rest area itu tiba tiba saja ramai. Sebelumnya ia bagai tempat suwung, begitu sepi begitu mencekam. Hanya ada satu selang pom bensin di sana, dijaga oleh entah itu manusia atau bukan, tak ada yang bisa memastikan. Hanya beberapa truk saja yang berhenti di sana. Toiletnya pun menyedihkan. Lebih baik kencing di tanah saja daripada harus masuk ke sana. Semua itu berubah ketika ada pengendara mobil van berhenti dan menurunkan belasan perempuan. Mereka menyulap tempat itu jadi ramai. Toiletnya yang paling pertama diremajakan.  Awalnya hanya satu dua truk langganan yang tetap berhenti di sana. Lama-kelamaan bertambah jadi belasan lalu puluhan. Menyebabkan kemacetan tol panjang. 

KEMATIANMU TAK ABADI

Tiga orang pemuda itu sudah berada di depan Romla. Duduk di sofa yang robek di beberapa bagian. Mereka duduk berhimpitan. Menatap Romla dengan gugup. Mereka berkeringat dingin. Di otak mereka sudah muncul fantasi-fantasi menggelikan. Romla menghadapi mereka dengan tenang. Kali ini pakaiannya lebih tertutup. Celana jins dan kaos oblong. Lengan kaosnya panjang sesiku. Dia membaca lagi sekilas profil ketiga calon penghuni. Profilnya lebih tebal dari yang dikirimkan oleh calon itu sendiri. Romla melakukan riset lebih mendalam tentang calon penghuni. Ada tujuan khusus yang tak bisa dia bagi kepada siapa pun.  Tanpa banyak kata, Romla memberikan satu kunci kamar kepada mereka bertiga. Tiga pemuda itu hanya mampu membayar untuk satu kamar. Tidak masalah dihuni bertiga.  “Selamat menghuni. Ingat, jangan berbuat yang macam-macam.” Hanya itu pesan Romla. Setelah tiga pemuda itu pergi menuju kamar mereka, Romla membawa profil tiga pemuda itu ke lantai tujuh. Ia menemui orang kepercayaannya.

TEMPAT YANG TAK BOLEH DITINGGALKAN

Sesuatu dalam diri Danu menguak ke permukaan begitu kuatnya ketika ia habis diputuskan seorang pacar. Hubungannya dengan si pacar, sebut ia Teratai, seperti jalannya wahana kereta cepat yang naik turun menyeret jantung berdetak kencang. Saat-saat cinta penuh rindu, sangat penuh cinta dan rindu. Saat-saat penuh gejolak amarah, sangat penuh gejolak amarah. Pacarnya itu sudah lama ingin hengkang dari Tangerang Selatan. Ungkap Teratai, ia ingin mengadu nasib yang lebih baik di tempat lain. Namun Danu selalu mengelak, ia memberi banyak alasan untuk menolak. Sesuatu dalam dirinya, masih ingin melekat di tempat tinggal saat ini. Sesuatu dalam dirinya, tidak ingin pergi. Danu dan sesuatu dalam dirinya, masih ingin berdiam diri di sore hari sampai matahari terbenam penuh, di pinggiran Situ. Maka ketika perdebatan tanpa ujung itu mencapai klimaksnya, Danu pasrah saja hubungannya kandas. Sesuatu dalam dirinya lebih kuat bertahan daripada cinta yang sudah bertahan selama lebih dari empat tahun.

LUBANG KAKUS 666

Tiga begundal yang masing-masing berasal dari lantai tiga, lima dan tujuh, berkumpul untuk merencanakan tindakan pemerkosaan. Birahi mereka sedang tinggi-tingginya. Ada satu penghuni rusun di lantai enam yang mereka jadikan sasaran. Namanya Romla. Dia tidak begitu cantik, tapi tubuhnya memang sangat memancing. Tiga begundal, Trojan dari lantai tiga, Lambung dari lantai lima dan Tapir dari lantai tujuh. Sebelum menyusun detail rencana, mereka terlebih dahulu melakukan suit penentu giliran menyodok Romla. Trojan dapat giliran pertama. Maka dia juga yang menyusunkan rencana. Rencananya simpel dan klise. Mereka akan mengintai Romla. Mengamati kegiatannya. Ke mana dia setiap jam dan setiap hari. Semakin mereka mengintai dan mengamati, semakin tinggi birahi mengalir dalam darah. Kepulan asap birahi bisa jadi sedang keluar dari ubun-ubun mereka. Pasalnya, semakin hari Romla semakin seksi pakaiannya. Mereka tahu, Romla tinggal sendiri. Itu jadi fakta yang menguntungkan mereka. “Di man

SANTAP

Sudah telat baginya untuk kembali menjadi manusia. Sebut saja namanya Beruk. Ia sebatang kara. Tak punya orang tua. Banyak yang bilang ia dilahirkan sebongkah batu tempat perancap memuntahkan cairan klimaks renjana. Tentu saja itu tidak benar. Ia anak manusia. Siapa pun boleh bilang begitu. Oleh orang budiman yang ekonominya kurang baik, ia diangkut dari gang kumuh lalu diantar ke panti asuhan. Di sana ia tumbuh menjadi anak yang aneh. Ia kurang teman, sebab ia aneh. Sebenarnya nama pemberian ketua yayasan kepadanya cukup bagus, tapi orang sudah banyak yang lupa, sebab mereka suka memanggilnya Beruk. Mukanya mirip beruk. Ia tumbuh dengan merasakan banyak cemoohan, itu membuatnya membenci orang-orang. Ia pikir orang-orang itu semuanya baik. Tapi kenyataannya terbalik. Banyak orang jahat kepadanya, sebab ia anak yang aneh. Ia benci orang-orang itu karena menganggapnya aneh. Si Beruk Aneh. Ia kecewa dengan kehidupan, pengasuh pertamanya sudah mangkat dari tempatnya diasuh. Hanya beli